Monday, 23 August 2010













Di Birai Hati

semalam rinduku kandas di muara
dalam sepi yang panjang
masih saja bergetar
membuai gerimis rasa
meski dilambung ombak keciwa
akan adakah seraut kasih
singgah di birai hatimu
walau cuma setitis embun harap
aku pasrah
tak akan sirna selamanya

saat kelam sepinya hati
ku telusuri pantai hatimu
ku jengah setia kasihmu
relong naluriku berbicara
di sana masih ada sebuah harap
mendakap kejap
walau kata tak terucap


Abdullah Tahir
Ogos 2010

Wednesday, 18 August 2010












Biarkan Aku

biarkan aku di sini
bersama dingin malam
menghitung kekunang terbang
bebas bersama cahayanya
kerana aku bisa mengerti 
mereka menghargai erti kebebasan
alami yang tak tergugah
mereka adalah penghias malam
terbang mencari rezeki
dari daun ke daun
tanpa takut punya siapa

biarkan aku di sini
bersama dingin malam
menghitung gerimis embun
kerana aku bisa mengerti
mereka menghargai erti kerukunan
alami yang tak tergugah
turunnya menyegarkan dedaun
tanpa takut punya siapa

biarkan aku di sini
bersama dingin malam
bersama kekunang terbang
bersama gerimis embun
yang membuatkan aku mengerti
erti kebebasan dan kerukunan
yang alami

Abdullah Tahir
18 Ogos 2010

Monday, 16 August 2010

Saksi Luka

kubalut lukaku
dengan sekeping nota silam
isinya menganyam rinda kasih
walau telah usang dimamah usia
bisa lukaku pantan
darahnya tiada kesan
tapi ku tahu parutnya
pasti akan mengundang pilu
dan saat manis itu
adalah saksi hati lukaku


Abdullah Tahir
16 Ogos 2010

Saturday, 14 August 2010

Sekeping Hati

sekeping hati
mudah terguris
dan perasa
menangis 
bila disakiti




sekeping hati
akan suci
bila berwudhu
beristigfar selalu
sekeping hati
segalanya di situ
suka dan duka
dendam kesumat
benci dan marah
tamak dan haloba
kasih dan sayang
rindu dan dendam
bahagia dan derita
miskin dan kaya
tanpa hati
mati


Abdullah Tahir
Ogos 2010

Saturday, 7 August 2010


Ogos

ogos
kemarin kudatangi pantaimu
tak berubahpun
tapi kau membisu pulas
persisnya kau tak kenal aku
kupandang ombakmu
terasa kudekat padamu
tapi kau bagaikan cuba menerkamku
kita tak pernahpun bersengketa
sememangnya sukar diduga
aku pasrah
malamnya kujengah bintang dan bulanmu
kau pernah malu dibalek awan
aku terkidu waktu itu
dan rawanpun menggugat rasa
mengertiku sampai ke angkasa
siapalah aku
kusapa bayu lembutmu
hiduku mencengkam sukma
kulit-kulitku berbisik
tapi kau berlalu tanpa pamit
mau kubuktikan apa?
di sini kita pernah bicara
kesetiaan kita lukis bersama
pantai dan pasir kanvasnya
kau tahu apa yang kutahu
ogos bukan lagi kerinduanku
ogos hanya sejarah yang panjang
penuh berliku


Abdullah Tahir
Ogos 2010

 
Get Free 3 Column Templates Here