Monday 29 November 2010

Haus Dan Basahnya

rintik-rintik hujan mengguyur di bumi hijau
rerumput basah dalam kehausan
ranting-ranting yang patah
hiba setelah luka yang panjang
bertahan mencari makna sebuah keperitan
dalam sebuah astaka yang indah

di sini pada sebuah biara yang sepi
masih terkesan hati-hati yang kosong
tandus dalam kerakusan hidup yang tak pasti
melihat masih ada jasad yang segar
membelit segala upaya bebas
anak-anak peribumi
berjiwa suci

kebebasan apakah
bagi sebuah astaka yang indah
sedang dalam biara yang sepi
masih saja bergelandangan mencari sesuatu erti
walau hatinya bersalut kasih
walau mindanya diguyur kilauan ilmu
rerumput tetap saja haus dalam basahnya
ranting terus saja dengan luka panjangnya
kerana rintik hujan tak akan bisa menyamankan
kehausan dan lukanya


Abdullah Tahir
29 November 2010

Wednesday 24 November 2010


















Yang Kudambakan

ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci yang damai selalu
di sini aku beriktikaf mencari keredaan-Mu
jauh dari segala macam kekusutan yang mengharu-biru
ku pasrahkan diriku melutut dan sujud dihadapan-Mu
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu

ku tapakkan kedua kakuku bersalut wudu
disebuah rumah suci setelah aku bertawadu
ku baharui taat dan cintaku kehadrat-Mu
setiap menjelang waktu mengerjakan perintah-Mu
di sini aku menghambakan diri kepada-Mu yang satu
berikan aku segala kekuatan dan kejernihan menghadapi hari depanku
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu

ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci yang dibina atas nama-Mu
setiap saat dan waktu di sini aku berlagu syahdu
berwirid berzikir mengaji tanpa jemu
mengharapkan keampunan-Mu
dosa-dosa yang lalu sedang dan akan berlaku
sucikanlah aku seperti sucinya kelahiranku
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu

ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci gedung segala ilmu
ku pastikan niatku
semata-mata kerana-Mu

Abdullah Tahir 
25 November 2010

Tuesday 23 November 2010

Bebaskan Aku

ku tinggalkan nisan sepi di bawah pohon kemboja
setelah sarat doaku memohon keampunan dan reda
setelah air penyesalan tumpah dari danau mataku
setelah sebak mendakap kemas didadaku
setelah ku yakin pinta dan harapku
di dengar oleh-Nya
tiada daya dan upayaku
selain meminta dan mengharap

ku tahu pengasih-Nya
ku tahu penyayang-Nya
bebaskan aku dari relung dosa yang entah bilakan tuntas
selagiku bergerak dan bernafas
ku abdikan jasadku
sujud memohon belas
atas sejadah yang terhampar kemas
adalah saksiku yang bukan pulas
dan ku terima dengan reda
tanpa was-was
sekalipun aku tewas

Abdullah Tahir
23 November 2010

Sunday 21 November 2010

Sekepal Harap Seselimut Kasih

sampaikan bisikanku ketelinganya
mari berkongsi rasa
di sini ada hati-hati yang biru
menanggung duka nestapa
menahan rindu
disebuah relong bayu yang tak merdu
akan adakah kepala dingin
melihat mereka melalui hati
mereka adalah lumut hijau yang kering
menghias indah batu-batu di taman
yang hilang serinya
saat demi saat menunggu rahmat
setitis air penyegar urat dan saraf
bisiklah janjimu pada mereka
dengan sekepal harap
dan seselimut kasih
pasti jasamu
bersalut berkat


Abdullah Tahir
21 November 2010

Wednesday 17 November 2010

 











Aung San Suu Kyi
[sempena kebebasan mu 13 November 2010-Sabtu]
 
tiada dendam

tiada takut
tiada jara
tiada lemah
mau jumpa junta
mau jumpa penyokong
mau hidupkan parti
mau terus demokrasi
caramu seperti dulu
senyummu seperti dulu
kerasmu seperti dulu
lembutmu seperti dulu
kau pejuang tulin
kau pejuang bangsamu
kau pejuang negaramu
kau pejuang demokrasi
itulah kau
itulah pejuang
 itulah pendemokrasi
itulah segalanya
ada pada dirimu
Aung San Suu Kyi

Abdullah Tahir
17 November 2010

Pemuka Bijak Bicara

kukutip batu-batu di jalan menghilang resah
umpama menghitung hari-hari depanku yang sukar
sakitnya menembusi capalku yang semakin menipis
dan hilang goresnya
siapalah yang pedulikan aku
yang saban waktu menadah ke langit
memohon sesuatu yang tidak tahu
bilakah akan turun hujan rahmat
yang airnya mengandung cairan emas
merubah takdirku
atau gemawan bertukar  menjadi sutera mahal
untuk alasku menghilang jerih yang tak sudah
akulah di antara yang sekian ramai
titik hitam menyalut kanvas usang
yang tersimpan kaku di dinding hati
para pemuka yang bermuka-muka
mereka tidak tahu
yang aku tahu
maha indah Dia yang tahu siapa aku

kukutip batu-batu di jalan menghilang resah
umpama menghitung hari-hari depanku yang sukar
akulah penyalut kanvas usang
yang tersimpan kaku di dinding hati
para pemuka yang bermuka-muka
yang kerana aku
mereka bijak bicara
mengatur aksara-aksara kasih
yang tidakpun aku tahu apa ertinya
dan aku akan terus mewarnai
kehidupan ini sampai bila
dan aku tahu
yang mereka tidak tahu
maha indah Dia yang tahu siapa aku


Abdullah Tahir
16 November 2010

Saturday 13 November 2010

Dewangga


setelah bermusim mendayung sampan cinta
setelah bertahun sampai di pulau kasih
setelah sekian lama bermalam di istana sayang
jangan pernah kau pulang mencari cinta lagi
dengan layar kolek mencari haluan baru
kau tak akan bertemu pulau idaman
kau tak akan aman bermalam di anjung sayang
cukuplah dengan cinta kasih dan sayang pertama
pernahkah kau rasa hebatnya pertempuran
menegakkan cinta dari belukar kehidupan
yang di dalamnya penuh api dan duri
tak ingatkah betapa kau sabar menanti
meniti waktu hari minggu dan bulan
sehingga suatu saat kau berdepan dengan cabaran
menjatuhkan kemuliaanmu sebagai insan pencinta

ayuhlah perbaiki sampan cintamu
dayunglah kembali bersamanya hingga ke titik muara yang indah
hiasilah pulau kasihmu dengan bunga-bunga harum beranika warna
saat kau bangun pagi kau akan lihat rama-rama menghias suasana
mengiringi lembutnya alam dicelah-celah embun menghilang rintik
perkukuhkanlah istana sayangmu
sebagaimana kau sayangkan dirimu
kerana di sana masih ada dewangga yang belum bersulam

tidak apa sampanmu semakin pudar
tidak apa pulau kasihmu semakin sepi
tapi riuh-serikan istana sayangmu
pasti sinar akan kau temui


Abdullah Tahir
13 November 2010

Wednesday 10 November 2010

 









Batu-Batu

batu-batu bisu yang kaku
indaku jamu besamamu
biar kau begelugut dan bekematu
setiap saat dan waktu
kalau sasak rasaku
aku hampir besamamu
membawa piluku
apalagi kalau ku rindu

ispun tah kau bisu
ku dangar kau belagu
bila bayu menampar mua mu
macam besiul seruling bambu
alangkah bisai menjadi batu
sepertimu nada mengganggu
orang pulang suka arahmu
tampat duduk sambil menunggu

batu-batu bisu yang kaku
kau pun benama inda betantu
jong batu gua batu jambatan batu
kepala batu jerawat batu dan otak batu
selain atu
batu nisan batu kelikir batu pengasah
batu ekar batu rambat dan batu permata
apapun gelaranmu
kau membatu
bisu
memang tah ismu mu

di pantai di sungai
kau menjadi binting
menahan hakisan jangan pantai
dan tabing tepelanting
pemancing pun sanang disiring-siring
beceracak kail inda bising-bising
ispun inda belurih katanya ising-ising
jangan kepala paning dan pusing

batu-batu bisu yang kaku
ku dangar cerita zaman dulu
kononnya pernah belaku
kau ani berbagai asal kejadianmu
antah banar antah tipu
ahli kaji batu pun membisu macam kedikau
membuat orang ragu
befikiran khurafat inda betantu
selain tanah karas menjadi batu
kononnya anak durhaka pun menjadi batu
disumpah menjadi batu oleh seorang ibu
jong kayu menjadi batu
kerana anak inda mengaku ibu
tumbung piasau betukar menjadi buntat batu
dijadikan batu cincin mengganti permata batu

batu-batu bisu yang kaku
kalau ku sedih dan pilu
aku hampir arahmu
duduk betalaku
membuang waktu
sama-sama tah ketani bisu


Abdullah Tahir
10 November 2010

Monday 8 November 2010

Tiada Sewangi Syurga

kau kah yang menabur bunga di atas sejadahku
tiadapun aku tercium wanginya sepanjang sujudku
tiada kupinta halus tanganmu menadah doa
cukuplah degup hatiku berhadapan dengan-Nya
kerana ku tahu Dia lebih mengetahui keikhlasan hati
walau sederas apa airmataku gugur
tidak akan ada restu dari-Nya
kerana zahirnya belum tentu menusuk ke batin
janganlah kau harapkan bunga yang bertabur itu
akan memalingkan janjiku kepada-Nya
kerana tiadapun ia sewangi harumnya syurga
kembalilah bermuhasabah diri
andai lidahmu basah dan suci
tiada di dunia syurga menanti


Abdullah Tahir
8 November 2010

Saturday 6 November 2010

Kembali Aku Kepada-Mu

dalam basah dan dingin
wudukku meresap bersama khusyukku
dan kekuatan mental yang padu
ku hadapkan seluruh jasad dan hati
dengan keimanan yang bulat
ku lontarkan kalimah
takbiratulihram
maha suci Engkau
yang memberikan aku segala kekuatan
dan keyakinan
tegak menghadap-Mu
di atas sejadah
membawa aku ke arah-Mu
berkata-kata
demi sebuah keredhaanku
sebagai makhluk
yang Engkau kuasai
Allahuakbar

dalam sujudku
tanpa kata
ku mohon keampunan dosa-dosaku
yang nyata dan tidak nyata
kembalikan aku kepada fitrah-Mu
demi sebuah syurga yang aku dambakan
tiada daya dan upayaku
selain dari keizinan-Mu


Abdullah Tahir
6 November 2010

Friday 5 November 2010

Seperti Semula

sepiku pergi bersama renyai hujan
setelah bermastautin berbilang waktu di kamar ini
tiada bicara dan sapaan indah
menyalut resah hati
yang mulanya ku dambakan setulus salji putih
bening cinta
darimu

telah tiba masanya kukunci hati
di saat ini
biarlah kita tutup bicara
dengan kata
selamat tinggal
selamanya

andai hujan esoknya
kita bukan lagi siapa-siapa
antara kita
tiada perlu lagi bicara
kembalilah
seperti semula


Abdullah Tahir
6 November 2010

Thursday 4 November 2010

Rindu Bertugu

dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
bertulis tinta biru
tercoret didalamnya wahana rindu
pergilah bersama angin bayu
pasti kau tau distinasimu

dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
dari sebuah lembah yang berliku
saat minit jam hari dan minggu
setia ku menunggu
dalam rindu yang satu
raguku masih bertugu

dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
dipohonnya pernah kutulis sesuatu
goresnya msih di situ
kiranya ada waktu
datanglah bertemu
berteduh dirimbun waru
kita cipta lagi titian rindu


Abdullah Tahir
4 November 2010

Monday 1 November 2010

Sesekali Jauh

kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- jamah pipimu
- jamah hidungmu
- kucup bibirmu
- cium harummu
- peluk badanmu

kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- indah bahasamu
- lembut olahmu
- sopan katamu
- cantik gayamu

kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- tak jemu melihatmu
- tak lepas darimu
- tak terbangun darimu

kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu 
- sayang rasanya
- rindu rasanya
- kasih rasanya
- cinta rasanya

kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
buat selalu
bila tak bertemu
rindupun menggebu


Abdullah Tahir
1 November 2010

Ada Dan Tiada

tidak apa kalau kau belum bersedia
masih panjang waktu membuka minda
masih luas ruang tempat berbicara
cuma jangan lupa
waktu bergerak pantas
ruang sedia akan sempit
jangan sampai tersepit
dan terhimpit

tidak apa kalau kau belum bersedia
kami tunggu kau di sana
dengan minda terbuka
pada ruang yang ada
cuma jangan lupa
kau bukan siapa-siapa
kami pun sama saja
kita serupa

tidak apa kalau kau belum bersedia
kerana kami tau kau siapa
tapi kau belum tau kami siapa
kau hanya satu
sedang kami mungkin dua mungkin tiga
tunggulah bila bersemuka
kita tuntas segala bicara
pada waktu dan ruang yang ada

tidak apa kalau kau belum bersedia
kami tunggu hingga kau sedia
kami tau kau akan tiada
kiranya kami tiada ada
kami ada
kau pasti tiada
kerana itu kami sedia
bila-bila saja


Abdullah Tahir
1 November 2010

 
Get Free 3 Column Templates Here