Thursday, 17 November 2011

Hidup Ini

by Abdullah Tahir on Wednesday, November 16, 2011 at 9:14am
 
 
hidup ini semakin singkat dan sendat
ruang-ruang yang ada menyepi 
bagai menuju malam yang kelam dan ngeri
tiada waktu yang tepat
kapan diri akan sendiri
menutup pintu yang terakhir

saat usia semakin hampir mengundur diri
lalu diripun seakan tidak terpeduli
kerana qualiti semakin mati
bicara dan fikir tidak bererti
siapakah yang mahu memahami
sedang dalam lingkunganpun menghindar diri
akhirnya bersendiri
menjalani hari-hari akhir
meningkatkan taat dan menanti takdir
menghitung waktu dengan berzikir
atas sejadah yang tak pernah mungkir

Tuesday, 8 February 2011

Medan Tahrir

kulihat gejolaknya umpama tsunami manusia
yang rakus merubah iklim tenang bersama emosi
bersatu dalam  sesak-sesak nafas menghembus udara panas
walau tanpa senjata moden ia bisa mengugah waja bertahan
mungkin tidak dalam cepat masa terdekat
lambat laun akan cair menyungsung angin
begitulah lembutnya tsunami yang teriring gejolak rasa
harus ke mana mau bertahan setelah kepedihan dilontarkan
tanpa peduli marhaenis terhimpit yang cuma menghitung bintang
menanti cerahnya mentari hari demi hari yang tidak kesampaian
mereka adalah perbumi yang memenuhi setiap sudut dan ruang
yang mengangkat darjat dan kudrat bumi berdaulat
yang didalamnya terlahir manusia yang sujud dan tunduknya
bersama wirid syahdu setiap waktu
lalu saja mereka terlontar sendiri tanpa terpedulikan
yang hari demi harinya menadah janji yang tidak tertunaikan
atas rasa kemanusiaan yang masak dengan kesangsaraan
lalu mereka menyalakan dapur amarahnya
meniup api di Medan Tahrir


Abdullah Tahir
8 Februari 2011

Wednesday, 2 February 2011

Pergilah

hujan lebat yang mengguyur semalam
mengingatkan aku akhir pertemuan itu
dan 14 Februari bukan lagi auraku
kedua-duannya adalah petaka yang mungkin tak terlupakan
yang membalut luka pedihku
aku yang kedinginan hanya keranamu
telah menikam sejuknya ke jantung
membuatkan aku melihatmu tak teringin
walaupun kejutan yang aku rencanakan
untuk memanjang-indahkan hubungan kita
tapi sebenarnya saat hujan dan 14 Februari itu
aku akan buangkan segalanya ke lautan tak bertepi
agar saja kau tidak terdampar di pantai
untukku pungut sisa kasih sayangmu padaku
apalah erti sebuah cinta kalau kau menduakan
apalah erti sebuah kasih sayang kalau dalam waktu yang sama
kau bersaham sayang dan kasih
pergilah kau 14 Februari
hapuskanlah sisa cinta dan kasih sayangku
wahai hujan lebat yang mengguyur

Abdullah Tahir
2 Februari 2011

Tuesday, 4 January 2011

Darah dan Harapan

kabarkanlah segala deritamu
melalui semua pintu terbuka
angin Gaza yang panas dan berdarah
butir-butir pasir yang bukan lagi suatu yang indah
tidak sempat bernafas walau sedetik waktu
untuk anak dan bayimu menghirup udara Pelastin
sejak sekian lama ditinggalkan
telah kering air mata dalam doa tangan yang ditadah
bukan sekadar nasi dan daging untuk dimamah
tetapi cukuplah sebuah keamanan dan kesejahteraan
untuk memenuhi sebuah relung ibadah
telah tidak tersisa bicara demi bicara
telah tidak tersisa janji demi janji
telah tidak tersisa kepercayaan demi kepercayaan
dengan bentuk apalagi angin Gaza mu tidak berdebu
dengan bentuk apalagi kanvas Pelastin mu tidak terconteng
tangan-tangan raksaksa kemana mahu dilabuhkan
suara-suara raksaksa di corong mana dilontarkan
otak-otak raksaksa di dacing mana mahu ditimbangkan
cukupkah dengan hanya memenuhi ruang
cukupkah dengan hanya memanaskan koram
sedang Gaza dan Pelastin tidak akan kering
dengan darah dan harapan
saban waktu dan musim
tidak akan ada udara nyaman
bagi tidurmu yang aman
walau bendiramu berkibar megah

Abdullah Tahir
4 Januari 2011

Saturday, 1 January 2011

Denting Waktu

ia hanyalah sekadar hiburan dan keriaan
menyorak diri atas kejayaan
dan kelemahan diri
telah begitu banyak duka-pilu dibelakangmu
telah begitu sekiannya sukaria kau tinggalkan
bumi dan tanahmu di himpit bencana
gerak dan nafasmu di lakar kedurjanaan
kemusnahan dan kehancuran telah kausaksikan
baru sesaat kau rayakan
tanpa sebutir doa memohon restuNya
mensyukuri keberadaanmu di sini
kerana minda dan hatimu
terpaku melihat jarum bergerak
bersama denting waktu
lalu terlimpah-ruahlah cahaya dilingkungan
tenggelam dilautan suara yang kecoh
padat-jejal dengan diri kemanusiaan yang tak terbatas
menyaksi dan menikmati konset
dan melodi yang bukan budayamu
terpesona-lekalah kemanusiaanmu
ditengah-tengah pentas para dewi dan dewa
melena-buaikan rasa para pemuja
atas nama kelahiran tahun baru
yang bukan redhaNya
sedang para mujahid dulu dan sekarang
dengan darah dan airmata
dengan doa dan harapan
dengan segala kesucian iman
menanai waktu dan ketika
bagi sebuah jagat raya
yang dadanya para anbia
yang tasbihnya para wali
yang sujudnya para syuhada
tapi kini telah kau cemarkan
dengan menunggu denting waktu


Abdullah Tahir
1 Januari 2011

Monday, 27 December 2010

Hati

hati sering tersalah tafsir
mata memandang zahir
hati bagai di titir
mata melihat cantik
hati terus terusik
lalu berbisik
berbolak-balik
akallah yang cerdik
menentukan buruk dan baik


Abdullah Tahir
Disember 2010

Tuesday, 7 December 2010

HIJRAH CEMERLANG
Tahun 1432
Karya : Al-Mukhlis, Ibnu 'abdir-rahim
(Pehin Abdul Ghani Rahim)

Hijrah kini menjelang
Membawa bersamanya tekad gemilang
Hormat menjadi insan cemerlang
Iman dan taqwa tinggi dijulang

1431 Hijrah meninggalkan kita
Membawa bersamabya berbagai cerita
Kisah gembira dan juga derita
Bermanfaat dikenang serta dinista

Yang baik jadikanlah tauladan
Yang buruk pula jadikanlah sempadan
Makan dan minum biar berpadan
Usah memudaratkan akal dan badan

Tahun mendatang penuh cabaran
Perlu dihadapi penuh kesabaran
Perjuangkan ugama dan kebenaran
Walaupun terpaksa menghadapi kesukaran

Kita berhijarah menuju kecemerlangan
Menjana wawasan memacu kegemilangan
Berusaha menuju ke arah kemenangan
Walaupun menempuh berbagai halangan


Baiturrahmi, Jerudong
1 Muharram 1432
6 Disember 2010

* Disiarkan di blog ini dengan keizinan YDM Pehin Abdul Ghani Rahim



 
Get Free 3 Column Templates Here