Sunday, 31 October 2010
Di Titik Senja
semilir datang lagi
mengocak pintu hati
bagai utusan suci
membawa haruman rindu
wanginya di mana-mana
menyingkap kenangan lalu
yang hampir sirna
istana pasirku telah punah
bersama bayu mengusap lembut
sedang lelahku di titik senja
menanti saat
istirehat yang panjang
siramlah air mawar
dan doa tulusmu
untuk ku
andai aku telah bersemadi pusara
Abdullah Tahir
2010
Friday, 29 October 2010
Dalam Harapku
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menjambangimu
untuk sebuah kamar tidurku yang sepi
sedang dalam harapku
harummu pasti mewarnai malam dan siang hayatku
setelah sekian lama kubina angan
bagi sebuah syurgawi yang syahdu
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menyuntingmu
untuk sebuah hatiku yang sepi dan kering
sedang dalam harapku
kelopakmu pasti mewarnai gelap dan cerahnya kalbuku
setelah sekian lama kubina angan
bagi sebuah ikatan yang suci dan murni
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menyerimu
sebelum aku sempat menyerimu
untuk sebuah rasa batiniahku yang nyeri
sedang dalam harapku
putikmu pasti membuahkan tunas baru
setelah sekian lama kubina rangka
bagi sebuah istana yang isinya irama dan lagu
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sedangkan kau satu dalam beribu
pasti sukar mencari baru
Abdullah Tahir
29 Oktober 2010
Thursday, 28 October 2010
Sehiris Kasih Setitis Belas
aku tidak tidur saat kau menangisi laramu
rimbis airmatamu tersimbah pekat di dadaku
aku tahu gebar hatimu telah punah bernanah
kerana arjunamu hilang bersama mahkotamu
akukah yang kiranya menduduikan lelapmu
sedang sebantalpun aku masih resah sampai kepagian
aku cuma ada sehiris kasih kerana tangismu
sejuk hatiku melihat matamu mengundang rawan
aku tidak tidur saat kau menangisi laramu
hatiku bergejolak siapa kau hadir dalam hidupku
mampukah aku menongkah kau yang kepedihan
dalam suram malam yang belum ditentukan
akukah yang kiranya menduduikan lelapmu
sedang kalbuku masih terpahat pada yang satu
aku cuma ada setitis belas kerana kemanusiaanku
relakah kau berasin dengan keringatku
hanya itulah jalan hidupku
Abdullah Tahir
28 Oktober 2010
Wednesday, 27 October 2010
Geseng Rindu
kapan kaubisa jejakkan bibirmu dimuara hatiku
agar kunikmati suamnya nafas rindumu
biar benang merah hatiku hatimu bersatu
getarnya membelah dara malam yang syahdu
mari kugesengkan aura kasihmu
saat dan detik indah dikalbu berlagu
tusuklah mata hayatmu
tanpa ragu dan bisu
sepenggal malam jangan biarkan berlalu
di anjung jingga kiranya kita berpadu
degup-degup jantung dan hati aman beradu
rindu pun enggan berlalu
Abdullah Tahir
27 Oktober 2010
Sunday, 24 October 2010
Nekad
telah kucuba memintal awan
benangnya harapan berkelung di dada
menitik peluh melaut di bumi
dalam sengsara bukit kudaki jua
dalam payah hutan keredah jua
putih mata tiada relaku
putih tulang tiada mengapa
kuderatku adalah dari-Mu
fikirku adalah dari-Mu
tabahku adalah dari-Mu
dalam gelap bayang kucari
dalam siang busuk kuhidu
darahku tumpah makanan bumi
jasadku punah menambah tanah
tulangku berselerak menambah kerak
hendak jadi jadilah
Abdullah Tahir
25 Oktober 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)