Friday, 17 February 2012


Pembohong Cinta

saat bulan di hadapan mata
tak sempat aku mengungkap kata
diakah yang menghilang asaku
terapung di udara
yang binarnya menacap di alunan ombak
berkemilau menghanyutkan sisa ragaku
lemah meniti waktu-waktu yang sedikit
tanpa ruang untukku bicara
menutur bait kasihku tertinggal di hati
kapankah aku terdaya membisiknya
sedang bulan semakin sirna
menghilang bayang di kaki langit
haruskah aku menapak kaki
meninggalkan jejak di gigi air
lalu akulah pembohong cinta
yang tidak pernah didambakan

Abdullah Tahir


Erti Sebuah Kemenangan

setelah menahan lapar dan dahaga
berkorban nafsu dan tenaga
terkekang segala hasrat yang sarat
menjerat seluruh kudrat
kerana ketaatan bernama ibadat

genap sebulan tertunaikan
demi ganjaran yang dijanjikan
sebuah pahala yang didambakan
dan kemenanganpun dianugerahkan
atas kewajaran sebuah kemuliaan
dariNYA yang menjadikan

dan pastinya diterima dengan syukur
menadah tangan tanpa rasa takabur
kemenangan anugerah dari yang Ghaffur
penguat keimanan yang kendur

kan diapakan sebuah kemenangan
yang suci anugerah dari tuhan
tercela oleh bisikan syaitan
setelah dirayakan dengan ketidak wajaran
terlimpar dengan pembaziran
mengikat pinggang dengan perbelanjaan
berhibur dari siang kemalaman
dihiasi dengan pergaulan
bebas tanpa rasa silu dan sesalan
menikmati berbagai hidangan
berpakaian lebih dari patutan
bagaikan sebuah tayangan
setelah menjalani perukunan
sepanjang Ramadan
demikian erti sebuah kemenangan
pada mereka yang salah tafsiran

Abdullah Tahir


Bukan Pintaku

umpama angin lalu
jejakmu tidak berbekas
kau hanya sempat menitipkan kerlingan
dalam kegawatan waktu
tanpa bicara

adakah ini saat terakhir
dalam pertemuan tragis yang bukan pintaku
andainya suratan takdir begitu
janganlah kau tinggalkan sendumu
yang nantinya menjadi fatamorgana dalam hidupku
cukuplah kenangan indah
yang tercipta bersama heningnya malam

Abdullah Tahir


Bebaskan Aku

ku tinggalkan nisan sepi di bawah pohon kemboja
setelah sarat doaku memohon keampunan dan reda
setelah air penyesalan tumpah dari danau mataku
setelah sebak mendakap kemas didadaku
setelah ku yakin pinta dan harapku
di dengar oleh-Nya
tiada daya dan upayaku
selain meminta dan mengharap

ku tahu pengasih-Nya
ku tahu penyayang-Nya
bebaskan aku dari relung dosa yang entah bilakan tuntas
selagiku bergerak dan bernafas
ku abdikan jasadku
sujud memohon belas
atas sejadah yang terhampar kemas
adalah saksiku yang bukan pulas
dan ku terima dengan reda
tanpa was-was
sekalipun aku tewas

Abdullah Tahir

Thursday, 16 February 2012


Daun-Daun Itu

daun-daun itu kan gugur lagi dan lagi
berselirak di perdunya dan ada yang melayang jauh
dan ia meninggalkan takah-takah di ranting dan dahan
bagaikan petanda usia merakam sejarah dirinya
demikianlah suratan dan takdir
yang pergi tetap pergi meninggalkan kenangan
mengukir suasana indah yang nyaman
mewarnai jagat ciptaanNYA
lalu tunas baru kan tumbuh lagi
mengkisahkan ceritera yang berbingkai-bingkai
melayari perjalanan hidup yang ada noktahnya
bertunas patah dan gugur bila sampai saatnya

daun-daun itu adalah raga berjasa
menabur bakti setiap masa selagi hayatnya ada
ia adalah sumber yang sukar dipercaya
yang biasa saja tapi luar biasa
tanpanya pokok tak akan ada jatinya
alam akan tiada pula indahnya
manusia haiwan dan burung-burungan ketiadaan sumber
dan jadilah alam ini hilang serinya

daun-daun itu adalah manusia
darjat dan tingkatnya berbeza-beza
kelahirannya telah begitulah jadinya
racun dan penawar adalah juga ia
terserah kepada azali menentukannya
makhluk gunakanlah akal bila mempergunakannya
pasti ada keajaiban disebaliknya

Abdullah Tahir

 
Get Free 3 Column Templates Here