Monday, 27 December 2010
Hati
hati sering tersalah tafsir
mata memandang zahir
hati bagai di titir
mata melihat cantik
hati terus terusik
lalu berbisik
berbolak-balik
akallah yang cerdik
menentukan buruk dan baik
Abdullah Tahir
Disember 2010
Tuesday, 7 December 2010
HIJRAH CEMERLANG
Tahun 1432
Karya : Al-Mukhlis, Ibnu 'abdir-rahim
(Pehin Abdul Ghani Rahim)
Hijrah kini menjelang
Membawa bersamanya tekad gemilang
Hormat menjadi insan cemerlang
Iman dan taqwa tinggi dijulang
1431 Hijrah meninggalkan kita
Membawa bersamabya berbagai cerita
Kisah gembira dan juga derita
Bermanfaat dikenang serta dinista
Yang baik jadikanlah tauladan
Yang buruk pula jadikanlah sempadan
Makan dan minum biar berpadan
Usah memudaratkan akal dan badan
Tahun mendatang penuh cabaran
Perlu dihadapi penuh kesabaran
Perjuangkan ugama dan kebenaran
Walaupun terpaksa menghadapi kesukaran
Kita berhijarah menuju kecemerlangan
Menjana wawasan memacu kegemilangan
Berusaha menuju ke arah kemenangan
Walaupun menempuh berbagai halangan
Baiturrahmi, Jerudong
1 Muharram 1432
6 Disember 2010
6 Disember 2010
* Disiarkan di blog ini dengan keizinan YDM Pehin Abdul Ghani Rahim
Monday, 29 November 2010
Haus Dan Basahnya
rintik-rintik hujan mengguyur di bumi hijau
rerumput basah dalam kehausan
ranting-ranting yang patah
hiba setelah luka yang panjang
bertahan mencari makna sebuah keperitan
dalam sebuah astaka yang indah
di sini pada sebuah biara yang sepi
masih terkesan hati-hati yang kosong
tandus dalam kerakusan hidup yang tak pasti
melihat masih ada jasad yang segar
membelit segala upaya bebas
anak-anak peribumi
berjiwa suci
kebebasan apakah
bagi sebuah astaka yang indah
sedang dalam biara yang sepi
masih saja bergelandangan mencari sesuatu erti
walau hatinya bersalut kasih
walau mindanya diguyur kilauan ilmu
rerumput tetap saja haus dalam basahnya
ranting terus saja dengan luka panjangnya
kerana rintik hujan tak akan bisa menyamankan
kehausan dan lukanya
Abdullah Tahir
29 November 2010
Wednesday, 24 November 2010
Yang Kudambakan
ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci yang damai selalu
di sini aku beriktikaf mencari keredaan-Mu
jauh dari segala macam kekusutan yang mengharu-biru
ku pasrahkan diriku melutut dan sujud dihadapan-Mu
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu
ku tapakkan kedua kakuku bersalut wudu
disebuah rumah suci setelah aku bertawadu
ku baharui taat dan cintaku kehadrat-Mu
setiap menjelang waktu mengerjakan perintah-Mu
di sini aku menghambakan diri kepada-Mu yang satu
berikan aku segala kekuatan dan kejernihan menghadapi hari depanku
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu
ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci yang dibina atas nama-Mu
setiap saat dan waktu di sini aku berlagu syahdu
berwirid berzikir mengaji tanpa jemu
mengharapkan keampunan-Mu
dosa-dosa yang lalu sedang dan akan berlaku
sucikanlah aku seperti sucinya kelahiranku
demi sebuah ketenangan dunia dan akhirat yang kudambakan dari-Mu
ku tapakkan kedua kakiku bersalut wudu
disebuah rumah suci gedung segala ilmu
ku pastikan niatku
semata-mata kerana-Mu
Abdullah Tahir
25 November 2010
Tuesday, 23 November 2010
Bebaskan Aku
ku tinggalkan nisan sepi di bawah pohon kemboja
setelah sarat doaku memohon keampunan dan reda
setelah air penyesalan tumpah dari danau mataku
setelah sebak mendakap kemas didadaku
setelah ku yakin pinta dan harapku
di dengar oleh-Nya
tiada daya dan upayaku
selain meminta dan mengharap
ku tahu pengasih-Nya
ku tahu penyayang-Nya
bebaskan aku dari relung dosa yang entah bilakan tuntas
selagiku bergerak dan bernafas
ku abdikan jasadku
sujud memohon belas
atas sejadah yang terhampar kemas
adalah saksiku yang bukan pulas
dan ku terima dengan reda
tanpa was-was
sekalipun aku tewas
Abdullah Tahir
23 November 2010
Sunday, 21 November 2010
Sekepal Harap Seselimut Kasih
sampaikan bisikanku ketelinganya
mari berkongsi rasa
di sini ada hati-hati yang biru
menanggung duka nestapa
menahan rindu
disebuah relong bayu yang tak merdu
akan adakah kepala dingin
melihat mereka melalui hati
mereka adalah lumut hijau yang kering
menghias indah batu-batu di taman
yang hilang serinya
saat demi saat menunggu rahmat
setitis air penyegar urat dan saraf
bisiklah janjimu pada mereka
dengan sekepal harap
dan seselimut kasih
pasti jasamu
bersalut berkat
Abdullah Tahir
Wednesday, 17 November 2010
Aung San Suu Kyi
[sempena kebebasan mu 13 November 2010-Sabtu]
tiada dendam
tiada takut
tiada jara
tiada lemah
mau jumpa junta
mau jumpa penyokong
mau hidupkan parti
mau terus demokrasi
caramu seperti dulu
senyummu seperti dulu
kerasmu seperti dulu
lembutmu seperti dulu
kau pejuang tulin
kau pejuang bangsamu
kau pejuang negaramu
kau pejuang demokrasi
itulah kau
itulah pejuang
itulah pendemokrasi
itulah segalanya
ada pada dirimu
Aung San Suu Kyi
Abdullah Tahir
17 November 2010
Pemuka Bijak Bicara
kukutip batu-batu di jalan menghilang resah
umpama menghitung hari-hari depanku yang sukar
sakitnya menembusi capalku yang semakin menipis
dan hilang goresnya
siapalah yang pedulikan aku
yang saban waktu menadah ke langit
memohon sesuatu yang tidak tahu
bilakah akan turun hujan rahmat
yang airnya mengandung cairan emas
merubah takdirku
atau gemawan bertukar menjadi sutera mahal
untuk alasku menghilang jerih yang tak sudah
akulah di antara yang sekian ramai
titik hitam menyalut kanvas usang
yang tersimpan kaku di dinding hati
para pemuka yang bermuka-muka
mereka tidak tahu
yang aku tahu
maha indah Dia yang tahu siapa aku
kukutip batu-batu di jalan menghilang resah
umpama menghitung hari-hari depanku yang sukar
akulah penyalut kanvas usang
yang tersimpan kaku di dinding hati
para pemuka yang bermuka-muka
yang kerana aku
mereka bijak bicara
mengatur aksara-aksara kasih
yang tidakpun aku tahu apa ertinya
dan aku akan terus mewarnai
kehidupan ini sampai bila
dan aku tahu
yang mereka tidak tahu
maha indah Dia yang tahu siapa aku
Abdullah Tahir
16 November 2010
Saturday, 13 November 2010
Dewangga
setelah bermusim mendayung sampan cinta
setelah bertahun sampai di pulau kasih
setelah sekian lama bermalam di istana sayang
jangan pernah kau pulang mencari cinta lagi
dengan layar kolek mencari haluan baru
kau tak akan bertemu pulau idaman
kau tak akan aman bermalam di anjung sayang
cukuplah dengan cinta kasih dan sayang pertama
pernahkah kau rasa hebatnya pertempuran
menegakkan cinta dari belukar kehidupan
yang di dalamnya penuh api dan duri
tak ingatkah betapa kau sabar menanti
meniti waktu hari minggu dan bulan
sehingga suatu saat kau berdepan dengan cabaran
menjatuhkan kemuliaanmu sebagai insan pencinta
ayuhlah perbaiki sampan cintamu
dayunglah kembali bersamanya hingga ke titik muara yang indah
hiasilah pulau kasihmu dengan bunga-bunga harum beranika warna
saat kau bangun pagi kau akan lihat rama-rama menghias suasana
mengiringi lembutnya alam dicelah-celah embun menghilang rintik
perkukuhkanlah istana sayangmu
sebagaimana kau sayangkan dirimu
kerana di sana masih ada dewangga yang belum bersulam
tidak apa sampanmu semakin pudar
tidak apa pulau kasihmu semakin sepi
tapi riuh-serikan istana sayangmu
pasti sinar akan kau temui
Abdullah Tahir
13 November 2010
Wednesday, 10 November 2010
Batu-Batu
batu-batu bisu yang kaku
indaku jamu besamamu
biar kau begelugut dan bekematu
setiap saat dan waktu
kalau sasak rasaku
aku hampir besamamu
membawa piluku
apalagi kalau ku rindu
ispun tah kau bisu
ku dangar kau belagu
bila bayu menampar mua mu
macam besiul seruling bambu
alangkah bisai menjadi batu
sepertimu nada mengganggu
orang pulang suka arahmu
tampat duduk sambil menunggu
batu-batu bisu yang kaku
kau pun benama inda betantu
jong batu gua batu jambatan batu
kepala batu jerawat batu dan otak batu
selain atu
batu nisan batu kelikir batu pengasah
batu ekar batu rambat dan batu permata
apapun gelaranmu
kau membatu
bisu
memang tah ismu mu
di pantai di sungai
kau menjadi binting
menahan hakisan jangan pantai
dan tabing tepelanting
pemancing pun sanang disiring-siring
beceracak kail inda bising-bising
ispun inda belurih katanya ising-ising
jangan kepala paning dan pusing
batu-batu bisu yang kaku
ku dangar cerita zaman dulu
kononnya pernah belaku
kau ani berbagai asal kejadianmu
antah banar antah tipu
ahli kaji batu pun membisu macam kedikau
membuat orang ragu
befikiran khurafat inda betantu
selain tanah karas menjadi batu
kononnya anak durhaka pun menjadi batu
disumpah menjadi batu oleh seorang ibu
jong kayu menjadi batu
kerana anak inda mengaku ibu
tumbung piasau betukar menjadi buntat batu
dijadikan batu cincin mengganti permata batu
batu-batu bisu yang kaku
kalau ku sedih dan pilu
aku hampir arahmu
duduk betalaku
membuang waktu
sama-sama tah ketani bisu
Abdullah Tahir
10 November 2010
Monday, 8 November 2010
Tiada Sewangi Syurga
kau kah yang menabur bunga di atas sejadahku
tiadapun aku tercium wanginya sepanjang sujudku
tiada kupinta halus tanganmu menadah doa
cukuplah degup hatiku berhadapan dengan-Nya
kerana ku tahu Dia lebih mengetahui keikhlasan hati
walau sederas apa airmataku gugur
tidak akan ada restu dari-Nya
kerana zahirnya belum tentu menusuk ke batin
janganlah kau harapkan bunga yang bertabur itu
akan memalingkan janjiku kepada-Nya
kerana tiadapun ia sewangi harumnya syurga
kembalilah bermuhasabah diri
andai lidahmu basah dan suci
tiada di dunia syurga menanti
Abdullah Tahir
8 November 2010
Saturday, 6 November 2010
Kembali Aku Kepada-Mu
dalam basah dan dingin
wudukku meresap bersama khusyukku
dan kekuatan mental yang padu
ku hadapkan seluruh jasad dan hati
dengan keimanan yang bulat
ku lontarkan kalimah
takbiratulihram
maha suci Engkau
yang memberikan aku segala kekuatan
dan keyakinan
tegak menghadap-Mu
di atas sejadah
membawa aku ke arah-Mu
berkata-kata
demi sebuah keredhaanku
sebagai makhluk
yang Engkau kuasai
Allahuakbar
dalam sujudku
tanpa kata
ku mohon keampunan dosa-dosaku
yang nyata dan tidak nyata
kembalikan aku kepada fitrah-Mu
demi sebuah syurga yang aku dambakan
tiada daya dan upayaku
selain dari keizinan-Mu
Abdullah Tahir
6 November 2010
Friday, 5 November 2010
Seperti Semula
sepiku pergi bersama renyai hujan
setelah bermastautin berbilang waktu di kamar ini
tiada bicara dan sapaan indah
menyalut resah hati
yang mulanya ku dambakan setulus salji putih
bening cinta
darimu
telah tiba masanya kukunci hati
di saat ini
biarlah kita tutup bicara
dengan kata
selamat tinggal
selamanya
selamanya
andai hujan esoknya
kita bukan lagi siapa-siapa
antara kita
tiada perlu lagi bicara
kembalilah
seperti semula
Abdullah Tahir
6 November 2010
Thursday, 4 November 2010
Rindu Bertugu
dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
bertulis tinta biru
tercoret didalamnya wahana rindu
pergilah bersama angin bayu
pasti kau tau distinasimu
dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
dari sebuah lembah yang berliku
saat minit jam hari dan minggu
setia ku menunggu
dalam rindu yang satu
raguku masih bertugu
dalam kabus yang kelabu
kulayangkan sehelai daun waru
dipohonnya pernah kutulis sesuatu
goresnya msih di situ
kiranya ada waktu
datanglah bertemu
berteduh dirimbun waru
kita cipta lagi titian rindu
Abdullah Tahir
4 November 2010
Monday, 1 November 2010
Sesekali Jauh
kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- jamah pipimu
- jamah hidungmu
- kucup bibirmu
- cium harummu
- peluk badanmu
kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- indah bahasamu
- lembut olahmu
- sopan katamu
- cantik gayamu
kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- tak jemu melihatmu
- tak lepas darimu
- tak terbangun darimu
kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
- sayang rasanya
- rindu rasanya
- kasih rasanya
- cinta rasanya
kalau sesekali jauh darimu
rasanya bagai baharu
bila bertemu
buat selalu
bila tak bertemu
rindupun menggebu
Abdullah Tahir
1 November 2010
Ada Dan Tiada
tidak apa kalau kau belum bersedia
masih panjang waktu membuka minda
masih luas ruang tempat berbicara
cuma jangan lupa
waktu bergerak pantas
waktu bergerak pantas
ruang sedia akan sempit
jangan sampai tersepit
dan terhimpit
tidak apa kalau kau belum bersedia
kami tunggu kau di sana
dengan minda terbuka
pada ruang yang ada
cuma jangan lupa
kau bukan siapa-siapa
kami pun sama saja
kita serupa
tidak apa kalau kau belum bersedia
kerana kami tau kau siapa
tapi kau belum tau kami siapa
kau hanya satu
sedang kami mungkin dua mungkin tiga
tunggulah bila bersemuka
kita tuntas segala bicara
pada waktu dan ruang yang ada
tidak apa kalau kau belum bersedia
kami tunggu hingga kau sedia
kami tau kau akan tiada
kiranya kami tiada ada
kami ada
kau pasti tiada
kerana itu kami sedia
bila-bila saja
Abdullah Tahir
1 November 2010
Sunday, 31 October 2010
Di Titik Senja
semilir datang lagi
mengocak pintu hati
bagai utusan suci
membawa haruman rindu
wanginya di mana-mana
menyingkap kenangan lalu
yang hampir sirna
istana pasirku telah punah
bersama bayu mengusap lembut
sedang lelahku di titik senja
menanti saat
istirehat yang panjang
siramlah air mawar
dan doa tulusmu
untuk ku
andai aku telah bersemadi pusara
Abdullah Tahir
2010
Friday, 29 October 2010
Dalam Harapku
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menjambangimu
untuk sebuah kamar tidurku yang sepi
sedang dalam harapku
harummu pasti mewarnai malam dan siang hayatku
setelah sekian lama kubina angan
bagi sebuah syurgawi yang syahdu
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menyuntingmu
untuk sebuah hatiku yang sepi dan kering
sedang dalam harapku
kelopakmu pasti mewarnai gelap dan cerahnya kalbuku
setelah sekian lama kubina angan
bagi sebuah ikatan yang suci dan murni
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sebelum aku sempat menyerimu
sebelum aku sempat menyerimu
untuk sebuah rasa batiniahku yang nyeri
sedang dalam harapku
putikmu pasti membuahkan tunas baru
setelah sekian lama kubina rangka
bagi sebuah istana yang isinya irama dan lagu
bukan waktunya kumemetik tangkaimu
tiba-tiba kuntummu layu dan gugur di perdu
sedangkan kau satu dalam beribu
pasti sukar mencari baru
Abdullah Tahir
29 Oktober 2010
Thursday, 28 October 2010
Sehiris Kasih Setitis Belas
aku tidak tidur saat kau menangisi laramu
rimbis airmatamu tersimbah pekat di dadaku
aku tahu gebar hatimu telah punah bernanah
kerana arjunamu hilang bersama mahkotamu
akukah yang kiranya menduduikan lelapmu
sedang sebantalpun aku masih resah sampai kepagian
aku cuma ada sehiris kasih kerana tangismu
sejuk hatiku melihat matamu mengundang rawan
aku tidak tidur saat kau menangisi laramu
hatiku bergejolak siapa kau hadir dalam hidupku
mampukah aku menongkah kau yang kepedihan
dalam suram malam yang belum ditentukan
akukah yang kiranya menduduikan lelapmu
sedang kalbuku masih terpahat pada yang satu
aku cuma ada setitis belas kerana kemanusiaanku
relakah kau berasin dengan keringatku
hanya itulah jalan hidupku
Abdullah Tahir
28 Oktober 2010
Wednesday, 27 October 2010
Geseng Rindu
kapan kaubisa jejakkan bibirmu dimuara hatiku
agar kunikmati suamnya nafas rindumu
biar benang merah hatiku hatimu bersatu
getarnya membelah dara malam yang syahdu
mari kugesengkan aura kasihmu
saat dan detik indah dikalbu berlagu
tusuklah mata hayatmu
tanpa ragu dan bisu
sepenggal malam jangan biarkan berlalu
di anjung jingga kiranya kita berpadu
degup-degup jantung dan hati aman beradu
rindu pun enggan berlalu
Abdullah Tahir
27 Oktober 2010
Sunday, 24 October 2010
Nekad
telah kucuba memintal awan
benangnya harapan berkelung di dada
menitik peluh melaut di bumi
dalam sengsara bukit kudaki jua
dalam payah hutan keredah jua
putih mata tiada relaku
putih tulang tiada mengapa
kuderatku adalah dari-Mu
fikirku adalah dari-Mu
tabahku adalah dari-Mu
dalam gelap bayang kucari
dalam siang busuk kuhidu
darahku tumpah makanan bumi
jasadku punah menambah tanah
tulangku berselerak menambah kerak
hendak jadi jadilah
Abdullah Tahir
25 Oktober 2010
Tuesday, 14 September 2010
Seharum Nouvella Visages
[ untuk sebuah susuk bernama - Sosilawati Lawiya ]
kau cipta wangi dirimu
bertebaran seharum nouvella visages
membina empayar sosilawati
hidunya melewati nusantara
kosmetik pengharum dan pencantik
terbina atas landas keluarga
bagi sebuah harap - rezeki
lewat usiamu 47 tahun
bukan mau mu
pergi dengan suatu kehilangan
tanggal 30 ogos
tiba-tiba degup jantung
dan walang bersarang
terkidu dan walang
debu jasadmu bertebaran
di sungai Ladang Gadong Tanjung Sepat
ya Allah
bukan untuk itu yang kau bina
jutawan adalah masa depanmu
adalah untuk anak-anakmu
di saat takbir dan tahmid
kau bersemadi
tanpa relamu
di saat keluargamu menunggu sabar dan harap
terlalu payah menerima khabar
bukan pintamu ditakdir begitu
tapi itulah takdir sukar ditelah
dalam kesedihan
dalam kepayahan
dalam dendam rasa
dalam amarah
kami amat merinduimu
bersemadilah dengan tenang
bersama harum nouvella visages
- Al fatihah:
Abdullah Tahir
14 September 2010
Monday, 13 September 2010
Barack Obama
Saturday, 11 September 2010
Baki Ke Puncak
Islam
penghulur salam
faham
erti kemaafan
pengertian tak bersalahan
imannya
mencari keamanan
dan kesejahteraan
Obama
mari bersama
berseloka kita
sesama manusia
lapangkan dada
timbang dan rasa
nadi bangsa
antarabangsa
bukan neraca
Amerika
atau agama saja
tapi budibicara
dan logika
bumi ini
kita kongsi bersama
atas nama tinggal sementara
sejahterakan dan elokkan
dengan peraturan dan undang-undang
jelas dan nyata
tanpa prajudis
kepunyaan siapa
lihatlah di sana dan di sini
tanah Allah jadi rebutan
sempadan terus panas
tanpa keputusan memuaskan
berpaksikan sejarah
masih ramai yang marah
tak ada resolusi yang ikhlas
tapi masih singit
dan berat sebelah
wahai para alim dan ulama
pemegang agama
pelurus Al-Quran dan Hadis
ternama
berapakah bakinya
dunia ini hingga kepuncaknya
untuk kita kembali kepadaNYA
Abdullah Tahir
11 September 2010
Friday, 10 September 2010
Aidilfitri
harumnya adalah kemenangan
bagi suatu kepertanggungjawaban
kepada hamba-hambaNYA yang soleh
kenapa ada penggemis durhaka
merayu kemenangan itu
setelah ramadanNYA dibakar hangus
dengan nafsu yang tak terbatas
mendayuskan diri dihadapannya
dengan takbir dan tahmid
serta doa kononnya syahdu
pergilah ke sisi
jangan kelabukan benang putih
yang terbina ini
dengan kemunafiqan yang nyata
untuk menuju ke taman fardausi
Abdullah Tahir
11 September 2010
Monday, 23 August 2010
Di Birai Hati
semalam rinduku kandas di muara
dalam sepi yang panjang
masih saja bergetar
membuai gerimis rasa
meski dilambung ombak keciwa
akan adakah seraut kasih
singgah di birai hatimu
walau cuma setitis embun harap
aku pasrah
tak akan sirna selamanya
saat kelam sepinya hati
ku telusuri pantai hatimu
ku jengah setia kasihmu
relong naluriku berbicara
di sana masih ada sebuah harap
mendakap kejap
walau kata tak terucap
Abdullah Tahir
Ogos 2010
Wednesday, 18 August 2010
Biarkan Aku
biarkan aku di sini
bersama dingin malam
menghitung kekunang terbang
bebas bersama cahayanya
kerana aku bisa mengerti
mereka menghargai erti kebebasan
alami yang tak tergugah
mereka adalah penghias malam
terbang mencari rezeki
dari daun ke daun
tanpa takut punya siapa
biarkan aku di sini
bersama dingin malam
menghitung gerimis embun
kerana aku bisa mengerti
mereka menghargai erti kerukunan
alami yang tak tergugah
turunnya menyegarkan dedaun
tanpa takut punya siapa
biarkan aku di sini
bersama dingin malam
bersama kekunang terbang
bersama gerimis embun
yang membuatkan aku mengerti
erti kebebasan dan kerukunan
yang alami
Abdullah Tahir
18 Ogos 2010
Monday, 16 August 2010
Saksi Luka
kubalut lukaku
dengan sekeping nota silam
isinya menganyam rinda kasih
walau telah usang dimamah usia
bisa lukaku pantan
darahnya tiada kesan
tapi ku tahu parutnya
pasti akan mengundang pilu
dan saat manis itu
adalah saksi hati lukaku
Abdullah Tahir
Saturday, 14 August 2010
Sekeping Hati
sekeping hati
mudah terguris
dan perasa
menangis
bila disakiti
sekeping hati
akan suci
bila berwudhu
bila berwudhu
beristigfar selalu
sekeping hati
sekeping hati
segalanya di situ
suka dan duka
dendam kesumat
benci dan marah
tamak dan haloba
kasih dan sayang
rindu dan dendam
bahagia dan derita
tamak dan haloba
kasih dan sayang
rindu dan dendam
bahagia dan derita
miskin dan kaya
tanpa hati
mati
Abdullah Tahir
Ogos 2010
Saturday, 7 August 2010
Ogos
ogos
kemarin kudatangi pantaimu
tak berubahpun
tapi kau membisu pulas
persisnya kau tak kenal aku
kupandang ombakmu
terasa kudekat padamu
tapi kau bagaikan cuba menerkamku
kita tak pernahpun bersengketa
sememangnya sukar diduga
aku pasrah
malamnya kujengah bintang dan bulanmu
kau pernah malu dibalek awan
aku terkidu waktu itu
dan rawanpun menggugat rasa
mengertiku sampai ke angkasa
siapalah aku
kusapa bayu lembutmu
hiduku mencengkam sukma
kulit-kulitku berbisik
tapi kau berlalu tanpa pamit
mau kubuktikan apa?
di sini kita pernah bicara
kesetiaan kita lukis bersama
pantai dan pasir kanvasnya
kau tahu apa yang kutahu
ogos bukan lagi kerinduanku
ogos hanya sejarah yang panjang
penuh berliku
penuh berliku
Abdullah Tahir
Ogos 2010
Thursday, 29 July 2010
Ya Rabbi
kalau saja dapat kuundur usia ini
akan aku bermula dari mengerti di agah
bayangkan betapa aku mongel comel dan montel
adoh aku dipeluk dicium dan disayangi
diasuh dijaga setiap waktu
tangis dan tawaku
adalah penawar
duka dan suka ibu bapaku
ya rabbi
aku pasti tidak akan menjalani kehidupan sebagini
yang putih kelabu dan yang hitam
melingkari diri
kini dan waktu ini
mampukah diri menghadapMu
tanpa sebarang cacat dan calar
ya rabbi
terimalah taubatku
Abdullah Tahir
Thursday, 22 July 2010
Saksi Kasihmu
bermula di muara
kasih terucap
hanya kerana seketul harap
bagi sebuah kehidupan
membina rumah kaca
yang bingkainya dari kerawang emas
lalu titik itupun segar
kini terlalu sukar
untuk ditidakkan
lihatlah
sekelilingmu yang tak terbatas
dari sebesar debu
disapu
menjadi ketul emas
untuk keluarga negara sendiri
dan anak-anak kita
megah menjadi tuan
sedang dibalik rumah kaca
masih ramai menggigit jari
terlepas akal
dan harap
kita terus tidak mampu menidakan
kerana masih ada yang mengiakan
begitulah
dan begitulah
hingga rumah kaca
menjadi saksi kerana kasihmu
Abdullah Tahir
Kesetiaan
kesetiaan itu
hanyalah ungkapan untuk kesenangan
lahir setelah ada dibalik makna yang tersirat
ketika mencipta hajat
apalah erti kesetiaan
sedang di sudut mata dan hatinya lereh
yang harapnya tidak kesampaian
lalu kesetiaan itupun di rongga amarah
dan khianatpun menutup murninya
dunia kesetiaannya berlalu
dan kelabu
Abdullah Tahir
21 Julai 2010
Saturday, 17 July 2010
Bait dan Olahmu
Maka berkampunglah
para pencinta dunia sastera Melayu Nusantara
dalam sebuah gedung timbok moden atas nama PPNIV 2010
yang diluar sana terbentang kehijauan alam dan kehidupan
yang akan dilestarikan dalam lingkup bait-bait sajak
yang semakin jelas menjadi gangguan tangan-tangan
yang ingin merosakan ujudnya kehijauan
demi harga sebuah pembangunan moden
lalu akhirnya genarasi akan datang akan kehilangan sumber.
Wahai para pencinta dan pereka sastera
yang bait-bait dan tingkah olahmu sukar dimengertikan
lalu bagaimanalah masyarakatmu akan bisa mengerti
akan wacanamu yang kau sampaikan
kalau tidak dilestarikan
kepada masyarakat
mu
Abdullah Tahir
17 Julai 2010
Monday, 12 July 2010
Gejolak Mata
rumput oh rumput
hijau warnamu menyejukkan mata
indahkan alam ciptaan-Nya
tetiba hijaumu menjuluk gejolak mata
panjangmu hampir ke dada
tak terpeduli di bahu jalan kanan dan kiri
walau dipotong hari-hari mu bagai tak ditangani
hijau serimu tak bererti lagi
kau umpama pengotor negeri
Abdullah Tahir
13 Julai 2010
Thursday, 8 July 2010
Bukan Pintaku
umpama angin lalu
jejakmu tidak berbekas
kau hanya sempat menitipkan kerlingan
dalam kegawatan waktu
tanpa bicara
adakah ini saat terakhir
dalam pertemuan trajis yang bukan pintaku
andainya suratan takdir begitu
janganlah kau tinggalkan sendumu
yang nantinya menjadi fatamorgana dalam hidupku
cukuplah kenangan indah
yang tercipta bersama heningnya malam
Abdullah Tahir
Monday, 5 July 2010
Ruang dan Harapan
suatu saat kau akan berada dipersimpangan
antara menggalas lapar perut dan kebencian
saat di mana kau rasa tiada ruang
bila hak mu semakin kurang
kau telah diajar bercakap benar
dengan segolong ijazah dan sijil
mengasah bakat dan kemampuan
bagi sebuah kehidupan
yang dihadapannya ruang harapan
justeru ruang dan harapan semakin kurang
kau pun tidak mampu untuk menentang
walau sekecil apapun kesempatan
tidak akan jadi milikmu
kerana hidup ini 'pantas-pantasan'
kembalilah kepada fitrah
bukan untuk secupak tidak jadi segantang
atau bukan juga menanti yang pipih datang melayang
ruang dan harapan masih terbentang
tinggal lagi jangan beratkan tulang
kerana rezeki sukar dibilang
Abdullah Tahir
6 Julai 2010
Thursday, 1 July 2010
Wednesday, 30 June 2010
Bangsaku Kelabu
Kelabukah kini bangsaku
gamaknya berpijak dibirai waktu
bagaikan mekar menunggu layu
bagaikan irama tanpa lagu
mimpi indahpun tidak menentu
dan yang sekarungpun tinggal sesaku
budayawan dan pencinta bangsa terkidu
menyorok diri membawa malu
mulut terkunci terus membisu
siapakah menadah tangan pintanya berlagu
umpama menunggu di kolam madu
Abdullah Tahir
1 Julai 2010
Thursday, 24 June 2010
Menanti Hari
disanakah aku
saat kelkatu menghurung pelita
saat kekunang membawa cahaya
bernostalgia
bersama gelap malam
menganyam mimpi indah
dicelah-celah pondok bisu
berdingin di kali
sepi bersama embun
melihat riak anak-anak ikan
tenang bermain
oh....zaman itu
tak kan kembali
akhirnya aku lelah sendiri
menanti hari
Abdullah Tahir
24 Jun 2010
Monday, 21 June 2010
Jong Batu
Jong Batu tercipta
oleh masinnya doa seorang ibu
yang hatinya tersayat sembilu
angkara anaknya yang malu mengaku
sedang tulang daging dan darahnya
adalah lahir dari darah susu
seorang ibu yang amat rindu
yang lahirnya digendong dipangku
bersengkang mata sambil berlagu
agar si anak tidak terganggu
nyaman beradu
Jong Batu tercipta
oleh masinnya doa seorang ibu
yang hatinya tersayat sembilu
merayu kepada Allah yang satu
agar ditunjukkan berkah seorang ibu
sebagai penentu
kepada seorang anak yang angkuh
derhaka
tidak mengaku seorang ibu
yang kasihnya
semakin layu
Abdullah Tahir
20 Jun 2010
Thursday, 10 June 2010
Wednesday, 9 June 2010
kutumpahkan waktu di sini
bersama secangkir tea c
dan sekeping roti
disebuah restoran
yang pelayannya bukan anak watan
melayan tanpa bosan
santun dan sopan
kutumpahkan waktu di sini
bersama seorang teman
bersembang sepagian
disebuah restoran
yang pelayannya bukan anak watan
menghitung pendapatan
untuk keluarga di kampung halaman
kutumpahkan waktu di sini
bersama senaskhah akhbar harian
beritanya seputar tentang keolahan
disebuah restoran
yang pelayannya bukan anak watan
bertudung manis menawan
'.....ning minta lagi secawan'
aku bertahan kewalehan
kehausan (?)
kutumpahkan waktu di sini
bersama perginya waktu-waktu azan
yang jemaahnya sedia menghadap tuhan
disebuah restoran
yang pelayannya bukan anak watan
sibuk melayan pelanggan
berdatangan
dari pagi kemalaman
kutumpahkan waktu di sini
bersama secangkir tea c
bersama seorang teman
bersama senaskhah akhbar harian
bersama perginya waktu-waktu azan
disebuah restoran
yang pengusahanya bukan anak watan
setiap hari minggu dan bulan
menghitung pendapatan
walau diperantauan
disebuah bumi tuhan
Abdullah Tahir
9 Jun 2010
Tuesday, 8 June 2010
Kurnia Yang Tak Ternilai
ini adalah tanah warisan
yang telah kau kenal
tentang harum dan busuknya
tentang cerah dan gelapnya
tentang senang dan peritnya
tentang hidup dan matinya
kau tidak harus malu
'kan suatu waktu kita telah sama-sama
ketawa riang hingga air mata jatuh berjurai
bahkan berduka-sakan sehingga dada sebu
dan sesak nafas
lalu
jangan kau khianati tanah ini
dengan busuknya hati
dengan hanyirnya mulut
dengan serakahnya pena
dan kau jaja segenap lorong dan pasar
dan kau hebah segenap negeri dan negara
dan kau ITkan segenap media dan website
lalu kau jadi apa dengannya
sehingga maruah kau telanjangi
bagai ludahmu ke langit
bagai tepuk airmu di dulang
tanah ini adalah ibumu
tanah ini adalah ayahmu
tanah ini adalah saudara-saudaramu
kau apakan lagi
kalau tidak kau harus jagai
kalau tidak kau harus hormati
kalau tidak kau harus sayangi
kalau tidak kau harus harmonikan
atau
kalau tidak kau harus sejahterakan
dan tanah ini adalah kurnia yang tak ternilaikan
Abdullah Tahir
8 Jun 2010
Monday, 7 June 2010
Masih Ada Toleransi
Malam ini
kan kepeluk bintang-bintang
dalam mimpiku yang panjang
biar saja bulan sendirian
dalam cahayanya yang samar
dan aku akan terasa hangatnya malam
yang terus berlabuh di hujung subuh
mengiring suara azan yang syahdu
siapakah yang merasa dinginnya malam
tanpa bintang menghias di birai langit
sedang bulan hilang serinya
saat embun merayap di dedaun segar
aku masih juga mengulit bintang
tanpa merasa dinginnya subuh
bulan
relakan aku bersama bintang
dan kau setialah bersama punggukmu
jangan biarkan nyanyiannya
mengganggu mimpiku
dan esok
akan ku ceritakan
bahawa di maya ini
masih ada toleransinya
Abdullah Tahir
7 Jun 2010
Saturday, 5 June 2010
Aku Tau
( .............ilham dari sajak orang berdosa pena mohammad rajab)
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
getarnya menembusi awan hitam
berkelambu di Taman Selera
lalu berderai
membuatkan aku terasa
adakah kerana bulan retak seribu
dan aku kegelapan sendiri
mencari jalan pulang
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
getarnya menembusi ke dada bumi
berkelambu di Taman Selera
lalu menjunam
membuatkan aku terasa
adakah kerana bintang berkecai
dan aku kelabu sendiri
dalam fikir yang bercelaru
hari itu aku baca "sajak orang berdoa"
getarnya menggores bumi
berkelambu di Taman Selera
lalu menutup wangi pagi
membuatkan aku terasa
adakah kerana awan mencakar bumi
dan aku terluka sendiri
parutnya tiada yang tau
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
biar getarnya menembusi awan
biar getarnya menembusi bumi
biar getarnya menggores bumi
aku tak 'kan kegelapan
aku tak 'kan kelabu
aku tak 'kan terluka
kerana aku tau jalan pulangnya
kerana aku tau menyingkap rahsianya
kerana aku peniti usia
saatnya kita akan bertemu
walau sesaat di bibir mata
Abdullah Tahir
5 Jun 2010
( .............ilham dari sajak orang berdosa pena mohammad rajab)
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
getarnya menembusi awan hitam
berkelambu di Taman Selera
lalu berderai
membuatkan aku terasa
adakah kerana bulan retak seribu
dan aku kegelapan sendiri
mencari jalan pulang
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
getarnya menembusi ke dada bumi
berkelambu di Taman Selera
lalu menjunam
membuatkan aku terasa
adakah kerana bintang berkecai
dan aku kelabu sendiri
dalam fikir yang bercelaru
hari itu aku baca "sajak orang berdoa"
getarnya menggores bumi
berkelambu di Taman Selera
lalu menutup wangi pagi
membuatkan aku terasa
adakah kerana awan mencakar bumi
dan aku terluka sendiri
parutnya tiada yang tau
hari itu aku baca "sajak orang berdosa"
biar getarnya menembusi awan
biar getarnya menembusi bumi
biar getarnya menggores bumi
aku tak 'kan kegelapan
aku tak 'kan kelabu
aku tak 'kan terluka
kerana aku tau jalan pulangnya
kerana aku tau menyingkap rahsianya
kerana aku peniti usia
saatnya kita akan bertemu
walau sesaat di bibir mata
Abdullah Tahir
5 Jun 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)